Pernahkah kamu berpikir, ketika kamu berada di pemakaman etnis Tionghoa, dan seseorang yang baru saja dikubur telah mewariskan adonan roti kepadamu?
Penulis: Dee Lestari
Penerbit: Bentang Pustaka
Terbit: 2015
Jenis: Novelet
Jumlah halaman: v+46 hlm.
***
Madre adalah fiksi ringan. Bercerita tentang Tansen Wuisan, lelaki 'bebas' yang diwarisi adonan roti oleh kakeknya, Tan Sie Gie. Silsilah keluarganya berubah drastis saat tahu bahwa neneknya menikah dengan etnis Tionghoa, bukan orang Tasikmalaya seperti yang ia ketahui.
Tansen dibawa ke sebuah alamat di Jakarta. Tempat itu adalah toko roti yang sudah tidak lagi beroperasi. Di sana, Tansen bertemu Pak Hadi, mantan pekerja kakeknya. Pak Hadi memperkenalkan Madre, adonan roti yang diperlakukan selayaknya anak sendiri.
Pak Hadi mengajarkan Tansen bagaimana 'merawat' Madre. Baru sehari, Tansen sudah keheranan dengan hidupnya yang aneh ini. Untuk mencurahkan perasaannya, Tansen menulis di blog. Sebuah kebiasaan selama ia masih di Bali. Ketika menceritakan Madre, ada sebuah akun yang tertarik dengan adonan itu, bahkan mengajak bertemu.
Pemilik akun itu adalah Mei, perempuan sepantaran Tansen. Ia anak dari pemilik roti sukses di Jakarta. Mei berniat membeli Madre dengan harga tinggi. Sebagai pemilik jiwa bebas yang tidak ingin terikat dengan apa pun—termasuk asonan roti, Tansen hendak mengiyakan permintaan Mei membeli Madre.
Namun, di sisi lain, Pak Hadi dan para pekerja sepuh lainnya tidak mengizinkan secara terang-terangan. Alhasil, Mei hanya bisa membeli roti hasil adonan Madre tanpa membeli biang tersebut sepenuhnya.
Mulanya, semua berjalan baik karena Tansen dan para pekerja sepuh bersemangat memenuhi pesanan Mei dalam jumlah banyak. Kendati demikian, Tansen sadar bila usia para pekerja sudah tidak muda lagi. Di lain sisi, pesanan Mei untuk toko rotinya makin banyak.
Keinginan menjual Madre pun muncul kembali, semata-mata agar Madre dirawat oleh orang yang benar-benar niat seperti Mei. Tidak seperti dirinya yang berjiwa bebas dan serabutan.
***
Gaya bahasa yang dipakai penulis cukup lugas. Sudut pandang pertama dari tokoh utama bisa menunjukkan bagaimana karakter tokoh utama itu. Narasinya mudah dipahami, dan alurnya cukup sederhana. Berhubung ini adalah novelet, cerita ini cukup singkat. Alur kehidupan Tansen dibuat unik dan sederhana, tetapi memikat.
Namun, ada sedikit ketidakjelasan soal kehidupan Tansen sebelumnya. Dalam narasi, dijelaskan bahwa Tansen 'dibebaskan' oleh ayahnya di Bali. Sehingga, ia yang masih remaja itu hidup serabutan. Bagian ini perlu dilengkapi; bagaimana Tansen bertahan hidup? Apakah Tansen tidak punya saudara, keluarga, atau teman yang mau menampungnya di Bali? Bagaimana ia bisa sampai di Jakarta, di pemakaman kakeknya?
Komentar
Posting Komentar